Kabupaten
Berau adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Timur. Ibu
kota kabupaten ini terletak di Tanjung Redeb, Berau. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 32.700 km² dan berpenduduk sebesar kurang lebih 75.000 jiwa.
Kabupaten
Berau berasal dari Kesultanan Berau yang didirikan sekitar abadd ke-14. Menurut
sejarah Berau, Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan
gelar Aji Raden Surya Nata Kesuma dan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan
gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di
Sungai Lati (sekarang menjadi lokasi pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal).
Aji
Raden Suryanata Kesuma menjalankan masa pemerintahannya tahun 1400 – 1432
dengan adil dan bijaksana, sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat. Pada
masa itu dia
berhasil menyatukan wilayah pemukiman masyarakat Berau yang disebut Banua, yaitu Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau Sewakung. Di samping kewibawaannya, kedudukan Aji Raden Suryanata Kesuma juga sangat berpengaruh, menjadikan dia disegani lawan maupun kawan. Untuk mengenang jasa Raja Berau yang pertama ini, Pemerintah telah mengabdikannya sebagai nama Korem 091 Aji Raden Surya Nata Kesuma yang Rayon Militer Kodam VI/TPR.Setelah beliau wafat, Pemerintahan Kesultanan Berau dilanjutkan oleh putranya dan selanjutnya secara turun temurun keturunannya memerintah sampai pada sekitar abad ke-17. Kemudian awal sekitar abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki kerajaan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Namun kegiatan itu dilakukan dengan politik De Vide Et Impera (politik adu domba). Kelicikan Belanda berhasil memecah belah Kerajaan Berau, sehingga kerajaan terpecah menjadi 2 Kesultanan yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.
berhasil menyatukan wilayah pemukiman masyarakat Berau yang disebut Banua, yaitu Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau Sewakung. Di samping kewibawaannya, kedudukan Aji Raden Suryanata Kesuma juga sangat berpengaruh, menjadikan dia disegani lawan maupun kawan. Untuk mengenang jasa Raja Berau yang pertama ini, Pemerintah telah mengabdikannya sebagai nama Korem 091 Aji Raden Surya Nata Kesuma yang Rayon Militer Kodam VI/TPR.Setelah beliau wafat, Pemerintahan Kesultanan Berau dilanjutkan oleh putranya dan selanjutnya secara turun temurun keturunannya memerintah sampai pada sekitar abad ke-17. Kemudian awal sekitar abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki kerajaan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Namun kegiatan itu dilakukan dengan politik De Vide Et Impera (politik adu domba). Kelicikan Belanda berhasil memecah belah Kerajaan Berau, sehingga kerajaan terpecah menjadi 2 Kesultanan yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.
---------------------
Pada
saat bersamaan masuk pula ajaran agama Islam ke Berau yang dibawa oleh Imam
Sambuayan dengan pusat penyebarannya di sekitar Sukan. Sultan pertama di
Kesultanan Sambaliung adalah Raja Alam yang bergelar Alimuddin (1800 – 1852).
Raja Alam terkenal pimpinan yang gigih menentang penjajah belanda. Raja Alam
pernah ditawan dan diasingkan ke Makassar (dahulu Ujung Pandang). Untuk
mengenang jiwa Patriot Raja Alam namanya diabadikan menjadi Batalyon 613 Raja
Alam yang berkedudukan di Kota Tarakan.
Sedangkan
Kesultanan Gunung Tabur sebagai Sultan pertamanya adalah Sultan Muhammad Zainal
Abidin (1800 – 1833), keturunannya meneruskan pemerintahan hingga kepada Sultan
Achmad Maulana Chalifatullah Djalaluddin (wafat 15 April 1951) dan Sultan
terkhir adalah Aji Raden Muhammad Ayub (1951 – 1960). Kemudian wilayah
kesultanan tersebut menjadi bagian dari Kabupaten Berau.
------------------
Sultan
Muhammad Amminuddin menjadi Kepala Daerah Istimewa Berau. Beliau memerintah
sampai dengan adanya peraturan peralihan dari Daerah Istimewa menjadi Kabupaten
Dati II Berau, yaitu Undang-undang Darurat tahun 1953 Tanggal terbitnya
Undang-undang tersebut dijadikan sebagai Hari jadi Kabupaten Berau. Dengan
diterbitkannya Undang-undang No.27 tahun 1959, Daerah Istimewa Berau berubah
menjadi kabupaten Dati II Berau dan Tanjung Redeb sebagai Ibukotanya, dengan
Sultan Aji Raden Muhammad Ayub (1960 – 1964) menjadi Bupati Kepala Daerah Tk.
II Berau yang pertama.
Penetapan
Kota Tanjung Redeb sebagai pusat pemerintahan Dati II Kabupaten Berau adalah
untuk mengenang pemerintahan Kerajaan (Kesultanan) di Berau. Di mana pada tahun
1810 Sultan Alimuddin (Raja Alam) memindahkan pusat pemerintahannya ke Kampung
Gayam yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Bugis. Perpindahan ke Kampung
Bugis pada tanggal 25 September tahun 1810 itu menjadi cikal bakal berdirinya
kota Tanjung Redeb, yaitu kemudian dibadikan sebagai Hari jadi Kota Tanjung
Redeb sebagaimana diterapkan dalam Perda No. 3 tanggal 2 April 1992
--------------------------------
Visi dan Misi
VISI
:“Menjadikan Kabupaten Berau sebagai Daerah Unggulan di bidang Agribisnis dan
Tujuan Wisata Mandiri dan Religius Menuju Masyarakat Sejahtera”.
MISI
:
Meningkatkan
pemahaman, penghayatan, pengamalan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat;
Mengembangkan
dan meningkatkan sentra-sentra produksi dalam arti luas;
Meningkatkan
objek wisata dan nilai serta keragaman budaya daerah ;
Memanfaatkan
SDA secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagai modal pembangunan;
Meningkatkan
kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan;
Meningkatkan
kualitas pelayanan perdagangan dan jasa, sarana dan prasarana dan pemukiman;
Memberdayakan
dan membangun kemandirian kelembagaan masyarakat dengan pendekatan
partisipatif;
Meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pemerintah sebagai aparatur pelayanan masyarakat yang
bersih dan berwawasan
Arti Lambang Kabupaten Berau
Warna
Lambang
Warna
kuning adalah bintang, bunga padi, pita tepi lambang.
Warna
hijau adalah dasar lambang.
Warna
hitam adalah penyu, mandau, sumpitan burung dan tulisan
Warna
putih adalah Kabupaten
Bupati Drs.
H. Makmur HAPK
BATIWAKKAL.
Arti Lambang
Perisai
berarti senjata dan pelindung dalam perjuangan menegakkan keadilan dan
kemakmuran.
Rotan
yang berjalin dan melingkar bundar (kayu bundar 17 buah) pada tepi lambang
melukiskan, Persatuan dan kesatuan sesuai dengan jiwa proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Rotan
dan kayu adalah hasil daerah yang utama dieksport keluar daerah/negeri.
Bintang
lima melukiskan lambang negara Pancasila adalah dasar falsafah hidup
masyarakatnya sebagaibagian dari pada negara kesatuan Republik Indonesia.
Kota
KABUPATEN BERAU yang terdapat pada pita putih adalah Daerah Otonom Kabupaten
Berau.
Burung
melukiskan hasil sarang burung (sarang burung putih dan sarang burung hitam)
yang jugamerupakan salah satu hasil daerah disamping rotan, kayu gaharu dan
lain-lain.
Bunga
Padi berarti daerah Berau adalah agraris dimana sebagian besar masyarakatnya
pekerjaannyabercocok tanam.
Sumpitan
dan Mandau berarti melambangkan keberanian dalam menegakkan keadilan
dankemakmuran serta keuletan dalam perjuangan.
Penyu
adalah melukiskan hasil perikanan yang merupakan hasildaerah terbesar disamping
hasil daerahlainnya.
------------------------
Pada
Pita Kuning terdapat tulisan BATIWAKKAL adalah bahasa daerah asli yang
memberikanpengertian bahwa usaha masyarakatnya tidak henti-hentinya
melaksanakan tugas kewajibannya,lengkap, cukup baik dan sempurna dengan jalan
diridhai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Warna
Hijau berarti subur kekayaan hutan dan alam Berau.
Warna
Kuning berarti kemuliaan, keagungan dan kebijaksanaan.
Warna
Hitam adalah ketahanan jiwa.
Warna
Putih berarti kesucian dan keramah tamahan masyarakat Berau.
Tampuk
kayu bundar pada tepi lambang tiap-tiap tangkai bunga padi masing-masing
berjumlah 17berarti tanggal diproklamasikannya kemerdekaan Negara Republik
Indonesia (tanggal 17).
Sisik
Penyu berjumlah 8 berarti bulan diproklamasikannya Negara Republik Indonesia
(bulanAgustus).
Buku-buku
Rotan yang terjalin pada tepi lambang berjumlah 45 berarti diproklamsikannya
NegaraRepublik Indonesia (tahun 1945).
Ditetapkan
dengan Perda No. 16/DPRDGR/1967.